Kisah Nyeri: Kanker Rahim

Kisah Nyeri: Kanker Rahim

Kisah Nyeri : Kanker Rahim

KS, perempuan 61 tahun, seorang pasien kanker endometrium dengan keluhan nyeri perut yang terus menerus.
KS terdiagnosis kanker endometrium sejak 1 tahun dan sudah menjalani operasi untuk pengangkatan rahim dan jaringan kanker, namun kankernya sudah sangat meluas di dalam perut serta jaringan organ dalamnya sudah melengket, akhirnya dokter hanya dapat menutup kembali luka operasi dan menyarankan kemoterapi. Ibu KS menjalani kemoterapi 2x lalu menolak melanjutkan karena efek samping mual, muntah, pusing yang sangat berat setelah terapi. Meskipun anaknya mencoba membujuk, KS tidak mau kemoterapi. Makan minum juga tidak baik karena sering mual dan perut bengkak. Namun keluhan utama KS sehari-hari adalah nyeri perut. Anak-anaknya mencoba mencarikan pengobatan untuk nyerinya, namun bila minum obat penghilang nyeri yang kuat, KS muntah-muntah. 
Akhir 2018, KS dan anak-anaknya datang ke klinik nyeri kami. Saat pemeriksaan KS tampak sangat kurus, dengan perut bengkak, dan tampak tidak bersemangat. “Saya minta mati saja dok” berkali-kali KS berkata. Setelah mengevaluasi kondisi KS, kami menyarankan tindakan intervensi nyeri blok simpatis superior hipogastrik. Kami berdiskusi menjelaskan cara tindakan intervensi sampai kemungkinan komplikasi yang terjadi, KS dan keluarga setuju. 

Kami melakukan tindakan intervensi C-Arm guided radiofrekuensi pada superior hipogastrik yang terletak di tulang belakang bawah. Sebelum tindakan, diberikan obat nyeri dan bius ringan melalui infus, karena KS sangat nyeri sewaktu memposisikan badan tidur tengkurap. Tindakan selesai tanpa komplikasi, lalu KS kami rawat inapkan untuk pemantauan kondisinya pasca tindakan. Setelah 24 jam pasca tindakan, kami evaluasi kondisi KS, hal pertama yang dapat kami lihat adalah KS tersenyum. KS berkata bahwa hampir tidak ada nyeri perut lagi. Pasien selalu kami ajari untuk melaporkan skala nyeri dengan angka 0-10, dimana angka 0 adalah tidak nyeri dan 10 adalah nyeri terhebat yang pernah dirasakan. Saat kami tanyakan ke KS, “Kemarin sebelum tindakan skala nyerinya adalah 8, sekarang 1-2”. Namun tetap kami ingatkan untuk tetap kontrol dengan dokter onkologi yang merawat kondisi kankernya karena tindakan intervensi ini hanya mengurangi rasa nyeri, progres penyakit kankernya tetap berjalan. Anaknya berjanji untuk tetap kontrol dengan dokternya. 

Satu bulan setelah tindakan, anak laki-laki KS melaporkan kondisi ibunya “drop” karena semakin lama semakin sulit untuk makan karena perutnya tambah bengkak, akhirnya dirawat di rumah sakit karena anemia dan perlu transfusi darah. Sekitar 3 bulan pasca intervensi nyeri, anaknya menginfokan ibunya sudah meninggal, seluruh keluarga sudah ikhlas melepaskan kepergiannya. Keluarga berterimakasih karena sejak tindakan intervensi nyeri, ibunya jarang sekali mengeluhkan nyeri perutnya lagi, bahkan sudah mulai lebih semangat menjalani terapi, namun akhirnya kanker mengalahkannya. 
RIP ibu KS. Semoga semangat anak-anaknya untuk mengurangi penderitaan ibunya dapat menjadi inspirasi dan semangat juga untuk pembaca. 
Lokasi : Klinik Nyeri RS Kertha Usada, Singaraja, Bali
Diagnosis : Cancer Pain 
Tindakan : Radiofrequency Plexus Hypogastric Superior
t

Keterangan istilah-istilah medis

  • Kanker endometrium : kanker pada bagian rahim , berikut ada link yang bagus untuk informasi lebih lanjut
  • Radiofrekuensi : tindakan medis untuk memberikan aliran listrik terukur, dalam hal ini untuk mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan oleh saraf
  • Superior hipogastrik : kumpulan saraf simpatis yang dapat menjadi penghantar rasa nyeri untuk daerah perut bawah

 

DISCLAIMER : Informasi kesehatan pada situs web ini disediakan semata-mata untuk tujuan informasi sebagai layanan publik untuk meningkatkan kesehatan umum. Apa yang tercantum tidak dimaksudkan sebagai pengganti perawatan medis yang diberikan oleh dokter. Selalu berkonsultasilah dengan dokter Anda untuk pemeriksaan, perawatan, pengujian, dan rekomendasi lebih lanjut.