
Kisah Nyeri : Lumpuh Kaki Pasca Patah Tulang Paha

Kisah Nyeri : Lumpuh Kaki Pasca Patah Tulang Paha

WM, laki-laki 27 tahun, datang dengan keluhan kaki kanannya lumpuh dan sering kesemutan sejak kecelakaan 2 tahun yang lalu. WM bercerita bahwa 2 tahun sebelumnya ia sedang duduk di teras kost yang berada di pinggir jalan raya, tiba-tiba sebuah mobil hilang kendali keluar dari jalur jalan raya dan menabrak WM. Di UGD WM diketahui mengalami patah tulang paha kanan dan harus menjalani operasi mayor. Pasca operasi, WM tidak dapat menggerakkan kaki kanannya, dikatakan penyebabnya adalah saraf yang terputus akibat kecelakaan tersebut. WM harus menjalani rehabilitasi selama berbulan-bulan untuk dapat berjalan kembali, tapi tetap kaki kanannya tidak dapat digerakkan dan sering merasa kesemutan di tulang kering tungkai kanan. WM adalah seorang pemuda yang tidak patah semangat, selama 2 tahun ia terus mencari cara untuk berobat, tapi setiap dokter yang ditemui mengatakan tidak mungkin sembuh lagi.
Awal tahun 2017, WM datang ke klinik nyeri kami. Dari evaluasi ditemukan bahwa WM menunjukkan gejala “drop foot” dimana pergelangan kakinya tidak dapat digerakkan dan untuk berjalan harus mengangkat lutut agak tinggi agar kakinya tidak terseret. Selain itu juga ada gejala kesemutan di daerah tulang keringnya dan otot betisnya mengecil. Gejala yang dialami WM kami simpulkan sebagai gangguan pada saraf ischiadicus dan peroneal kanan. Apa penyebabnya? kemungkinan karena benturan sangat keras saat kecelakaan yang mematahkan tulang pahanya, ikut merobek saraf-saraf disekitarnya. Operasi dapat mengembalikan posisi anatomi tulangnya, tetapi untuk menyambung kembali saraf sangat sulit.
Kami berdiskusi dengan WM mengenai kondisinya dan pilihan terapi yang dapat kami lakukan. Salah satu terapi yang kami ajukan adalah melakukan tindakan intervensi injeksi PRP (platelet rich plasma) di saraf yang dicurigai cedera berat, yang harus dilakukan secara serial, diulang setiap bulan sampai 3-4x. Tapi kami jelaskan pula, tidak ada jaminan terapi ini pasti berhasil, karena kerusakan saraf sudah cukup lama, 2 tahun, dan tindakan ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Dengan pertimbangan risiko komplikasi minimal, kami merasa ini dapat menjadi pilihan untuk terapi. WM dan keluarga setuju, lalu kami jadwalkan tindakan yang akan dilakukan.
- Pertemuan pertama : Intervensi USG guided pada saraf ischiadicus dengan PRP.
- Pertemuan kedua : Saat kontrol WM mengatakan belum ada perubahan bermakna. Tapi sering ada rasa nyeri-nyeri di paha pada bekas suntikan.
- Pertemuan ketiga : Pada kedatangan ketiga, WM sangat semangat melaporkan mulai dapat menggerakan kakinya ke samping dan ia merasa kulit di kaki dan tungkai kanan yang sebelumnya seperti kusam tampak lebih cerah dan mulai tumbuh bulu. Kami melakukan tindakan intervensi yang sama untuk ketiga kalinya. WM juga kami bekali untuk tetap melakukan latihan-latihan menggerakkan kaki kanannya.
- Pertemuan keempat : WM menunjukkan mulai dapat menggerakkan jempol dan pergelangan kakinya ke atas, selain itu tampak otot betisnya lebih berisi, sebelumnya kaki kanannya lebih kecil dibanding yang kiri. Tindakan intervensi terakhir kami berikan.
- Pertemuan kelima : WM dengan bangga bercerita bahwa ia datang bersama ibunya dengan mobil dan WM sendiri yang menyetir mobil transmisi manual. WM merasa kekuatan kakinya pulih sekitar 50-60%, selain itu rasa kesemutan sudah berkurang 70-80%. WM sempat bercanda “sekarang kalau pakai sandal jepit tidak lepas-lepas lagi dok”.
Dua bulan setelah pertemuan terakhir, kami mendapat undangan pernikahan WM dan kembali lagi ucapan terima kasih dari WM dan keluarganya karena WM sudah jauh lebih baik kondisinya, baik secara fisik maupun mental. Sekarang ia sudah berkeluarga dan menjalani usaha membuat tas dan dompet kulit.
Semoga semangat pasien WM yang selalu positif dan tidak pantang menyerah dapat menginspirasi.
Lokasi : Klinik Nyeri BIMC Nusa Dua
Diagnosis : Neuropraxia Ischiadicus + Susp. Complex Regional Pain Syndrome
Tindakan : USG Guided Perineural Sciatic PRP Injection
Keterangan istilah-istilah medis
- Drop foot : suatu gejala gangguan saraf motorik pada kaki; ditandai dengan ketidakmampuan menggerakkan/menarik kaki ke atas; salah satu gejalanya adalah saat memakai sandal jepit, sering terlepas
- Fraktur femur : patah tulang paha
- USG nerve tracking : visualisasi jalur saraf dengan alat USG
- Saraf ischiadicus, peroneal, dan tibialis : salah satu cabang saraf besar dari saraf tulang belakang yang berjalan dari pinggang sampai kaki; saraf ischiadicus dalam perjalanannya akan bercabang menjadi saraf peroneal dan tibialis.
- PRP : singkatan dari Platelet Rich Plasma, merupakan hasil dari darah yang diproses secara khusus yang dapat disuntikkan ke daerah yang mengalami gangguan; beberapa penelitian membuktikan bahwa komponen darah tersebut memiliki efek regenerasi sel
DISCLAIMER : Informasi kesehatan pada situs web ini disediakan semata-mata untuk tujuan informasi sebagai layanan publik untuk meningkatkan kesehatan umum. Apa yang tercantum tidak dimaksudkan sebagai pengganti perawatan medis yang diberikan oleh dokter. Selalu berkonsultasilah dengan dokter Anda untuk pemeriksaan, perawatan, pengujian, dan rekomendasi lebih lanjut.